- Pekerjaan atau aktivitas yang meningkatkan paparan terhadap hewan: Orang-orang yang bekerja dengan hewan, seperti dokter hewan, petugas pengendali hewan, peneliti satwa liar, dan penjelajah gua, memiliki risiko lebih tinggi terpapar virus rabies.
- Bepergian ke daerah endemis rabies: Orang-orang yang bepergian ke daerah-daerah di mana rabies umum terjadi, terutama di negara-negara berkembang dengan populasi anjing liar yang tinggi, memiliki risiko lebih tinggi terkena rabies.
- Tidak mendapatkan vaksinasi rabies: Orang-orang yang belum mendapatkan vaksinasi rabies pra-pajanan (sebelum terpapar) atau pasca-pajanan (setelah terpapar) memiliki risiko lebih tinggi terkena rabies jika mereka terpapar virus rabies.
- Anak-anak: Anak-anak lebih rentan terhadap rabies karena mereka cenderung bermain dengan hewan dan mungkin tidak melaporkan gigitan hewan kepada orang dewasa.
- Demam: Penderita rabies mungkin mengalami demam ringan hingga sedang.
- Sakit kepala: Sakit kepala adalah gejala umum pada stadium prodromal rabies.
- Kelelahan: Penderita rabies mungkin merasa lelah dan lemah.
- Malaise: Malaise adalah perasaan tidak enak badan atau tidak sehat secara umum.
- Anoreksia: Anoreksia adalah kehilangan nafsu makan.
- Nyeri atau gatal di lokasi gigitan: Penderita rabies mungkin merasakan nyeri, gatal, atau kesemutan di sekitar lokasi gigitan hewan yang terinfeksi. Gejala ini sangat khas untuk rabies dan dapat membantu dalam diagnosis.
- Agitasi: Penderita rabies menjadi sangat gelisah, mudah marah, dan sulit untuk ditenangkan.
- Kebingungan: Penderita rabies mengalami disorientasi dan kesulitan berpikir jernih.
- Halusinasi: Penderita rabies dapat melihat atau mendengar sesuatu yang tidak nyata.
- Kejang: Penderita rabies dapat mengalami kejang-kejang yang tidak terkontrol.
- Hidrofobia: Hidrofobia adalah ketakutan yang ekstrem terhadap air. Penderita rabies akan merasa sangat takut dan cemas ketika melihat, mendengar, atau bahkan hanya memikirkan air. Hal ini disebabkan oleh spasme otot-otot tenggorokan yang membuat sulit untuk menelan.
- Aerofobia: Aerofobia adalah ketakutan yang ekstrem terhadap udara. Penderita rabies akan merasa sangat takut dan cemas ketika terkena hembusan angin atau udara sejuk.
- Hipersalivasi: Hipersalivasi adalah produksi air liur yang berlebihan. Penderita rabies akan mengeluarkan air liur yang kental dan berbusa dari mulutnya.
- Kelemahan otot: Penderita rabies akan merasa lemah dan kesulitan menggerakkan anggota tubuhnya.
- Paralisis: Penderita rabies akan mengalami kelumpuhan otot yang semakin parah, hingga akhirnya tidak dapat bergerak sama sekali.
- Kesulitan bernapas: Paralisis otot-otot pernapasan dapat menyebabkan kesulitan bernapas dan gagal napas.
- Koma: Penderita rabies akan kehilangan kesadaran dan memasuki koma.
- Vaksinasi pra-pajanan: Vaksinasi pra-pajanan diberikan kepada orang-orang yang memiliki risiko tinggi terpapar virus rabies, seperti dokter hewan, petugas pengendali hewan, peneliti satwa liar, dan orang-orang yang bepergian ke daerah endemis rabies. Vaksinasi ini terdiri dari tiga dosis yang diberikan dalam jangka waktu tertentu. Vaksinasi pra-pajanan tidak memberikan kekebalan seumur hidup, sehingga perlu dilakukan booster secara berkala.
- Vaksinasi pasca-pajanan: Vaksinasi pasca-pajanan diberikan kepada orang-orang yang telah terpapar virus rabies, misalnya melalui gigitan hewan yang terinfeksi. Vaksinasi ini terdiri dari serangkaian suntikan yang diberikan dalam jangka waktu tertentu, biasanya disertai dengan pemberian immunoglobulin rabies (RIG) untuk memberikan perlindungan segera. Vaksinasi pasca-pajanan sangat efektif jika diberikan segera setelah terpapar virus rabies.
Rabies, atau yang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan penyakit anjing gila, adalah penyakit virus yang menyerang sistem saraf pusat manusia dan hewan berdarah panas lainnya. Penyakit ini disebabkan oleh virus rabies yang umumnya ditularkan melalui gigitan hewan yang terinfeksi, seperti anjing, kucing, kera, atau kelelawar. Rabies adalah penyakit yang sangat serius dan fatal jika tidak segera ditangani. Oleh karena itu, penting bagi kita semua untuk memahami apa itu rabies, bagaimana cara penularannya, gejala-gejalanya, serta langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan.
Apa Itu Rabies?
Rabies adalah penyakit infeksi virus akut yang menyerang sistem saraf pusat. Virus rabies termasuk dalam genus Lyssavirus dan famili Rhabdoviridae. Virus ini menyerang otak dan sumsum tulang belakang, menyebabkan peradangan yang progresif dan akhirnya berakibat fatal. Rabies dapat menyerang semua hewan berdarah panas, termasuk manusia, hewan peliharaan, dan hewan liar. Penyakit ini telah dikenal sejak zaman kuno dan masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang signifikan di banyak negara di seluruh dunia, terutama di daerah-daerah dengan populasi anjing liar yang tinggi.
Rabies adalah penyakit zoonosis, yang berarti penyakit ini dapat menular dari hewan ke manusia. Penularan rabies umumnya terjadi melalui gigitan hewan yang terinfeksi virus rabies. Virus ini terdapat dalam air liur hewan yang terinfeksi dan dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka gigitan atau cakaran. Selain gigitan, penularan rabies juga dapat terjadi melalui kontak air liur hewan yang terinfeksi dengan selaput lendir, seperti mata, hidung, atau mulut, meskipun kasus seperti ini sangat jarang terjadi. Penting untuk diingat bahwa semua gigitan hewan, terutama oleh hewan liar atau hewan yang tidak divaksinasi, harus dianggap berpotensi rabies dan memerlukan penanganan medis yang segera.
Jika seseorang terinfeksi virus rabies, virus tersebut akan bergerak melalui saraf tepi menuju sistem saraf pusat. Masa inkubasi rabies, yaitu waktu antara paparan virus dan munculnya gejala, dapat bervariasi dari beberapa hari hingga beberapa bulan, tergantung pada lokasi gigitan, jumlah virus yang masuk ke dalam tubuh, dan faktor-faktor individu lainnya. Semakin dekat lokasi gigitan dengan otak, semakin pendek masa inkubasinya. Setelah virus mencapai otak, ia akan menyebabkan peradangan yang parah dan kerusakan saraf yang ireversibel. Gejala rabies akan muncul secara bertahap dan menjadi semakin parah seiring waktu. Sayangnya, setelah gejala rabies muncul, penyakit ini hampir selalu berakibat fatal.
Penyebab Rabies
Penyebab utama rabies adalah infeksi virus rabies. Virus ini biasanya ditularkan melalui gigitan hewan yang terinfeksi. Namun, ada beberapa faktor lain yang juga dapat meningkatkan risiko seseorang terkena rabies. Mari kita bahas lebih detail mengenai penyebab dan faktor risiko rabies ini:
Gigitan Hewan yang Terinfeksi
Gigitan hewan yang terinfeksi virus rabies adalah penyebab paling umum dari penularan rabies pada manusia. Hewan-hewan yang paling sering menjadi sumber penularan rabies adalah anjing, kucing, kera, dan kelelawar. Di beberapa negara, anjing liar merupakanreservoir utama virus rabies dan bertanggung jawab atas sebagian besar kasus rabies pada manusia. Oleh karena itu, penting untuk berhati-hati terhadap gigitan hewan, terutama oleh hewan liar atau hewan yang tidak divaksinasi.
Ketika hewan yang terinfeksi rabies menggigit, virus rabies yang terdapat dalam air liurnya dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka gigitan. Virus ini kemudian akan bergerak melalui saraf tepi menuju sistem saraf pusat, di mana ia akan menyebabkan peradangan dan kerusakan saraf yang parah. Semakin dalam dan parah luka gigitan, semakin besar risiko terjadinya infeksi rabies. Selain itu, lokasi gigitan juga mempengaruhi kecepatan penyebaran virus. Gigitan di dekat otak, seperti di kepala atau leher, memiliki masa inkubasi yang lebih pendek dan lebih berisiko menyebabkan rabies.
Transmisi Non-Gigitan
Selain melalui gigitan, rabies juga dapat ditularkan melalui cara lain, meskipun kasus seperti ini sangat jarang terjadi. Transmisi non-gigitan dapat terjadi ketika air liur atau jaringan saraf dari hewan yang terinfeksi masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka terbuka, selaput lendir (seperti mata, hidung, atau mulut), atau transplantasi organ. Contohnya, jika seseorang memiliki luka terbuka di kulitnya dan terkena air liur hewan yang terinfeksi rabies, virus rabies dapat masuk ke dalam tubuh melalui luka tersebut. Risiko penularan rabies melalui cara non-gigitan ini sangat rendah, tetapi tetap perlu diwaspadai.
Faktor Risiko
Selain penyebab langsung, ada beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang terkena rabies. Faktor-faktor risiko ini meliputi:
Gejala Rabies
Gejala rabies pada manusia dapat bervariasi tergantung pada stadium penyakitnya. Secara umum, rabies memiliki tiga stadium, yaitu stadium prodromal, stadium eksitasi, dan stadium paralisis. Setiap stadium memiliki gejala yang berbeda-beda. Penting untuk mengenali gejala-gejala rabies sejak dini agar penanganan medis dapat segera dilakukan. Berikut adalah penjelasan lebih detail mengenai gejala rabies pada setiap stadium:
Stadium Prodromal
Stadium prodromal adalah stadium awal rabies yang berlangsung selama 2-10 hari. Pada stadium ini, gejala yang muncul masih bersifat ringan dan tidak spesifik, sehingga seringkali sulit untuk didiagnosis sebagai rabies. Gejala-gejala pada stadium prodromal meliputi:
Stadium Eksitasi (Rabies Furius)
Stadium eksitasi adalah stadium yang paling khas dari rabies dan biasanya berlangsung selama 2-7 hari. Pada stadium ini, penderita rabies akan menunjukkan gejala-gejala neurologis yang parah, seperti:
Stadium Paralisis (Rabies Paralitik)
Stadium paralisis adalah stadium akhir dari rabies yang biasanya berlangsung selama 2-10 hari. Pada stadium ini, penderita rabies akan mengalami kelumpuhan otot yang progresif, dimulai dari lokasi gigitan dan menyebar ke seluruh tubuh. Gejala-gejala pada stadium paralisis meliputi:
Setelah mencapai stadium paralisis, rabies hampir selalu berakibat fatal. Kematian biasanya disebabkan oleh gagal napas atau komplikasi lainnya.
Pencegahan Rabies
Pencegahan rabies adalah kunci untuk melindungi diri kita dan orang-orang di sekitar kita dari penyakit yang mematikan ini. Ada beberapa langkah pencegahan yang dapat kita lakukan, baik sebelum maupun setelah terpapar virus rabies. Berikut adalah penjelasan lebih detail mengenai langkah-langkah pencegahan rabies:
Vaksinasi Rabies
Vaksinasi rabies adalah cara paling efektif untuk mencegah rabies. Ada dua jenis vaksinasi rabies, yaitu vaksinasi pra-pajanan (sebelum terpapar) dan vaksinasi pasca-pajanan (setelah terpapar).
Menghindari Kontak dengan Hewan Liar
Menghindari kontak dengan hewan liar adalah cara penting untuk mencegah rabies. Hewan liar, seperti rubah, rakun, dan kelelawar, seringkali menjadi pembawa virus rabies. Jangan mencoba mendekati, memberi makan, atau menangkap hewan liar. Jika Anda menemukan hewan liar yang tampak sakit atau bertingkah aneh, segera laporkan kepada petugas yang berwenang.
Mengendalikan Populasi Hewan Liar
Mengendalikan populasi hewan liar, terutama anjing liar, adalah langkah penting dalam pencegahan rabies. Program pengendalian populasi hewan liar dapat mencakup vaksinasi, sterilisasi, dan penangkapan hewan liar. Program-program ini harus dilakukan secara manusiawi dan berkelanjutan untuk mengurangi risiko penyebaran rabies.
Pendidikan Masyarakat
Pendidikan masyarakat tentang rabies sangat penting untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang penyakit ini. Masyarakat perlu mengetahui bagaimana cara mencegah rabies, apa yang harus dilakukan jika terpapar virus rabies, dan pentingnya vaksinasi rabies. Program-program pendidikan masyarakat dapat dilakukan melalui berbagai media, seperti brosur, poster, seminar, dan kampanye di media sosial.
Perawatan Luka yang Tepat
Jika Anda digigit atau dicakar oleh hewan, segera cuci luka dengan sabun dan air mengalir selama 10-15 menit. Kemudian, berikan antiseptik pada luka dan segera cari pertolongan medis. Dokter akan menentukan apakah Anda perlu mendapatkan vaksinasi pasca-pajanan dan immunoglobulin rabies (RIG).
Rabies adalah penyakit yang sangat berbahaya dan mematikan. Namun, dengan pemahaman yang baik tentang penyakit ini dan langkah-langkah pencegahan yang tepat, kita dapat melindungi diri kita dan orang-orang di sekitar kita dari ancaman rabies. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter atau petugas kesehatan jika Anda memiliki pertanyaan atau kekhawatiran tentang rabies. Ingatlah, pencegahan selalu lebih baik daripada pengobatan.
Lastest News
-
-
Related News
Financing Offers: IPSE, PSEI, IBM, WSE, SESE
Alex Braham - Nov 13, 2025 44 Views -
Related News
Electronic Music Remix: A Guide For Beginners
Alex Braham - Nov 9, 2025 45 Views -
Related News
PostFinance SezriChSE: Reviews, Insights, And Your Guide
Alex Braham - Nov 16, 2025 56 Views -
Related News
Power Pacific Corporation: A Comprehensive Overview
Alex Braham - Nov 15, 2025 51 Views -
Related News
Jemimah Rodrigues' Height: How Tall Is The Cricketer?
Alex Braham - Nov 9, 2025 53 Views